Penelitian ini bertajuk Becoming a Young Farmers: Young People Pathways into Farming in Four Countries. Penelitian ini menggunakan pendekatan yang berlawanan dengan banyak penelitian dan literatur terkait yang umumnya berfokus pada penelisikan tentang alasan kaum muda meninggalkan pertanian. Penelitian ini, alih-alih, lebih berfokus pada penelusuran atas rute-rute yang ditempuh kaum muda menuju pertanian. Hal ini dilakukan dengan cara menganalisis pengalaman kaum muda dari kelompok laki-laki dan perempuan yang ingin menjadi seorang petani. Pertanyaan penelitian utama penelitian ini adalah: mengingat kendala yang akan mereka hadapi, bagaimana kaum muda terus berusaha untuk tetap bertani? Studi ini akan dilakukan di empat negara: Indonesia, Cina, India, dan Kanada.
Ada banyak alasan bagi para pemuda mengapa mereka ingin meninggalkan desa dan, sebaliknya, prospek pertanian terlihat tidak menarik. Media massa seringkali menggambarkan perdesaan dan petani sebagai terbelakang yang miskin. Tetapi penelitian ini juga menunjukkan bahwa bagi sebagian besar dari kelompok muda yang diteliti, permasalahan ini bukan semata karena image dari kehidupan desa dan pertanian tersebut. Mereka memutuskan untuk pindah ke wilayah yang jauh dikarenakan minimnya pekerjaan di sekitar tempat tinggal mereka (lokal), serta situasi saat ini di mana pendapatan dari pertanian skala kecil begitu minim. Banyak dimensi kehidupan perdesaan berubah cepat. Di banyak desa, konektivitas sekarang sama baiknya dengan kota-kota; sepeda motor murah dan dipakai banyak orang; semua anak muda sibuk dengan media sosial. Kaum muda dalam penelitian ini menunjukkan keterlibatan secara aktif dengan ide-ide dan gaya hidup global yang mungkin membuat mereka melihat kehidupan perdesaan dan bertani secara berbeda dengan cara pandang orang tua mereka.
Jika kebutuhan beras dan pangan Indonesia harus dipenuhi di masa depan terutama oleh petani, dan bukan oleh industri pangan besar yang disukai oleh para teknokrat, sangatlah penting untuk menunjukkan bahwa kehidupan perdesaan dan pertanian harus lebih menarik bagi kaum muda. Pemahaman yang jelas tentang hambatan utama-baik praktis maupun budaya-bagi orang muda untuk masuk ke pertanian, entah saat masih muda atau sebagai pilihan masa depan sangatlah diperlukan. Melalui migrasi, para pemuda dengan segala keputusan mereka untuk tidak menjadi petani, perlu dilihat melalui perspektif hidup jangka panjang.
Isu kaum muda dan akses terhadap tanah perlu diperhatikan secara serius. Isu generasi ini hanya sedikit menarik perhatian dalam wacana kebijakan pertanahan. Diperlukan upaya untuk melihat kemungkinan mengambil alih tanah dari pasar properti pribadi dan mengalokasikannya dalam bentuk penggunaan tepat bagi dan oleh kaum muda; dan juga untuk menemukan cara mengekang investasi spekulatif di tanah. Walaupun laki-laki dan perempuan secara formal memiliki hak yang sama untuk memiliki tanah, ada banyak permasalahan gender dan hambatan terhadap akses perempuan muda terhadap kesempatan kepemilikan pertanahan dan pertanian.
Anak muda Indonesia adalah sumber inovasi, energi, dan kreativitas terpenting dalam pengembangan praktik pertanian baru yang ramah lingkungan dan sangat produktif. Banyak yang bisa dilakukan dalam pendidikan umum, media publik, dan khususnya media sosial untuk memperbaiki gambaran kehidupan pertanian dan pedesaan yang berlaku.