Studi ini meneliti tantangan yang dihadapi masyarakat Papua dan Papua Barat dalam menjalankan program pengembangan berbasis masyarakat (Community-Driven Development-CDD) dan bagaimana persepsi mereka terhadap program tersebut. Penelitian difokuskan pada persepsi penerima manfaat Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) dan Rencana Strategis Pembangunan (RESPEK).
Studi ini menghasilkan beragam pendapat, pengalaman, dan berbagai tingkat pengetahuan program dari para penerima di berbagai lapisan masyarakat, serta faktor-faktor yang memengaruhi perbedaan ini. Selain itu, studi ini melihat persamaan dan perbedaan pengetahuan dan partisipasi baik laki-laki dan perempuan dari berbagai posisi dan keterlibatan mereka dalam kegiatan desa. Pengetahuan tentang persepsi penerima manfaat diperlukan untuk memahami tantangan program PNPM dan RESPEK dalam ragam konteks sosial, budaya, politik dan lokal.
Metode yang digunakan dalam studi ini adalah etnografi mini, khususnya di 20 desa di lima kabupaten di Papua dan Papua Barat. Pendekatan etnografi mini merangkum kekayaan informasi untuk memahami kompleksitas sosial, politik dan budaya dalam pelaksanaan PNPM/RESPEK di tingkat lokal. Pendekatan ini dapat memberi pemahaman mengenai keragaman suara masyarakat dari berbagai konteks di wilayah desa. Dalam etnografi mini, data yang menunjukkan perbedaan persepsi dikumpulkan melalui observasi, wawancara mendalam, dan teknik diskusi kelompok di tingkat kabupaten.
Secara keseluruhan program PNPM/RESPEK diterima dengan baik dan dianggap bermanfaat oleh masyarakat setempat. Meski demikian, terdapat pula ketidakpuasan dalam pelaksanaan program yang dirasa tidak inklusif dan partisipatif. Penyebaran dan keterpencilan geografis yang luas di Papua dan Papua Barat memengaruhi fasilitasi dan dukungan program kepada masyarakat. Faktor lain yang menantang yang memengaruhi pelaksanaan program meliputi struktur geografis, bahasa, dan adat yang kuat (struktur sosio politik budaya). Dalam hal ini, penting bagi fasilitator untuk memahami, terlibat, dan menengahi berbagai kelompok kekuasaan dan masyarakat pada umumnya.
Penelitian ini menyimpulkan bahwa sebagian besar penerima manfaat, termasuk kelompok non-elite, menghargai investasi PNPM/RESPEK dan menginginkan agar program terus berlanjut. Namun, mayoritas penduduk juga berharap agar program di masa depan dapat mencakup peningkatan keterlibatan masyarakat dalam proses serta menunjukkan transparansi informasi program kepada semua orang. Aspirasi ini muncul karena program tersebut memiliki banyak kelemahan yang menghambat terjadinya implementasi dengan tepat, sehingga tidak mencapai tujuan utamanya dalam pemberdayaan masyarakat. Salah satu hambatan tersebut adalah kerumitan pelaporan administratif yang membuat fasilitator lebih mengutamakan pelaporan administratif dibandingkan dengan tujuan program. Mengenai partisipasi perempuan, penelitian ini menemukan bahwa perempuan dapat lebih berdaya apabila memiliki ruang untuk melakukan pertemuan dan memastikan bahwa dana yang dialokasikan dalam program ini benar-benar menjangkau perempuan di masyarakat.