Studi ini dilakukan untuk mengevaluasi dampak dan tantangan kelembagaan energi terbarukan (ET) off-grid yang dibangun oleh skema pendanaan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) di pedesaan. Evaluasi aspek sebelumnya berfokus pada kajian hasil energi terbarukan (Solar-PV dan micro-hydro grid) dalam akses rumah tangga terhadap aspek ekonomi, sosial dan lingkungan penerima manfaat pedesaan. Aspek evaluasi kedua mengkaji tantangan dan peluang lembaga pembangunan off-grid dalam memastikan keberlanjutan akses listriknya.
Studi ini menggunakan metode komprehensif yang menggabungkan analisis makro dan mikro serta teknik pengumpulan data kuantitatif dan kualitatif.
Di lokasi penelitian, penelitian menyelidiki hasil dan institusi dengan menggunakan pendekatan metode campuran. Data dikumpulkan melalui survei rumah tangga (kuesioner) serta observasi dan wawancara di provinsi Sumatera Barat, Nusa Tenggara Timur, dan Sulawesi Tenggara. Survei mencakup 488 responden rumah tangga di 8 lokasi perlakuan 9 lokasi kontrol. Data kualitatif diperoleh terutama melalui observasi dan wawancara dengan 374 informan di 12 desa―yang terdiri dari pengguna rumah tangga, operator listrik desa, penyedia layanan dasar seperti tenaga kesehatan setempat dan guru serta aparat pemerintah desa. Kami juga mewawancarai 25 pemangku kepentingan di pejabat pemerintah pusat dan daerah serta kontraktor. Selain itu, dokumen publik yang terkait dengan tata kelola off-grid juga dianalisis.
Untuk melengkapi pendekatan analisis mikro, analisis efektivitas biaya dan penilaian siklus hidup sosial digunakan untuk menganalisis kinerja ekonomi dan sosial dari jaringan mikro energi terbarukan terpilih dari perspektif makro. Pendekatan makro ini membandingkan microgrid energi terbarukan ini dengan listrik berbasis diesel konvensional di Indonesia menggunakan data komposisi biaya yang disediakan oleh masing-masing kontraktor microgrid terpasang dan Social Hotspots Database (SHDB).